Pentingnya Hilirisasi Pertanian di Bali untuk Pertumbuhan

Rabu, 04 September 2024, 17:14 WIB

Borneonews - Denpasar, Ekonom senior dari Institut for Development of Economics and Finance (Indef), Dradjad Hari Wibowo, menekankan urgensi hilirisasi di sektor pertanian, termasuk di daerah Bali. Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan di tengah masyarakat.

Dalam kuliah umum yang disampaikan di Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Dradjad mengingatkan agar prinsip kelestarian dijadikan acuan dan tidak dipandang sebagai beban biaya. Ia menyampaikan bahwa kelestarian merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. "Jangan melihat kelestarian itu sebagai biaya karena sudah terbukti kelestarian itu adalah sumber pertumbuhan," ujarnya.

Prinsip kelestarian yang dimaksud mencakup tiga aspek utama, yaitu produksi yang berkelanjutan, sosial, serta ekologi atau lingkungan. Menurut Dradjad, bukan hanya memenuhi kebutuhan lokal, tetapi untuk diterima di pasar internasional, semua prinsip ini harus terpenuhi.

Ia menjelaskan bahwa kelestarian produksi berkaitan erat dengan aspek ekonomi, sedangkan kelestarian sosial menuntut partisipasi aktif dari masyarakat tanpa adanya diskriminasi gender. Selain itu, kelestarian ekologi harus dijaga dengan menghindari kerusakan terhadap lingkungan hidup.

Di Bali, produk pertanian meliputi beragam hasil, mulai dari perikanan hingga kerajinan tangan, seperti ukiran kayu. Proses hilirisasi produk-produk ini dapat menghasilkan nilai tambah yang signifikan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dradjad juga mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian sumber air di pulau wisata ini, mengingat kebutuhan air yang tinggi bagi turis serta penduduk lokal. "Turis perlu air, kalau Bali tidak menjaga kelestarian air, lama-lama orang tidak mau ke Bali karena kurang air," tuturnya.

Dia memberikan contoh tentang hilirisasi produk kayu lapis yang tidak memperhatikan kelestarian, sehingga dampaknya terhadap kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat minim. Sektor migas juga diungkapnya, yang masih mengandalkan impor, termasuk dari Singapura, menunjukkan kerugian potensi ekonomi yang besar jika hilirisasi tidak dilakukan dengan baik.

"Kita harus impor (BBM) dari Singapura karena kita tidak membuat pengilangan yang baik, jadi kerugiannya panjang sekali. Jadi hilirisasi harus kita lakukan," tegas Dradjad.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada periode Januari-Juli 2024, nilai ekspor barang dari Bali mencapai 375 juta dolar AS, naik sebesar 12,90 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, yang hanya 332 juta dolar AS. Amerika Serikat tercatat sebagai pasar ekspor terbesar, menyumbang 27 persen dari total nilai ekspor.

Pada periode yang sama, komposisi ekspor didominasi oleh produk industri pengolahan, mencapai 91 persen atau setara dengan 341,8 juta dolar AS. Sementara itu, ekspor dari sektor pertanian berkontribusi sebesar 8 persen, dan 0,06 persen sisanya berasal dari produk pertambangan.

Untuk bulan Juli 2024, komoditas ekspor utama dari Bali meliputi ikan, krustasea, dan moluska, yang menyuplai 24 persen dari total ekspor, dengan nilai mencapai 12,3 juta dolar AS. Selain itu, ada pula ekspor pakaian, aksesori, logam mulia dan perhiasan, perabotan, serta berbagai barang dari kayu hingga barang anyaman lainnya.

https://www.borneonews.co.id/berita/367186-pentingnya-hilirisasi-pertanian-di-bali-untuk-pertumbuhan-ekonomi

  • Hits: 20

About SDI


Sustainable development is defined as “development that meets the current need without reducing the capability of the next generation to meet their need (UNCED, 1992)

Partner

Contact Us

Komplek Kehutanan Rasamala
Jl.Rasamala No.68A
Ciomas,Bogor Jawa Barat 16610

Telp : 0251-7104521 
Fax  : 0251-8630478
Email: sdi@sdi.or.id