PMI Manufaktur RI Jeblok Akibat Relaksasi Impor, Ekonom Dradjad Wibowo: Masalah Dilematis

Sabtu, 3 Agustus 2024 06:54 WIB

Penulis: Reynas Abdila

Editor: Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom senior Dradjad Wibowo menilai relaksasi impor membuat sebagian pelaku industri di dalam negeri kesulitan untuk bersaing.

Menurutnya, industri dalam negeri terpukul hingga PMI Manufaktur RI masuk zona kontraksi.

“Memang hal tersebut masalah yg dilematis. Tanpa relaksasi impor, kontainer akan menumpuk di gudang pelabuhan. Lalu lintas barang tersendat, inflasi naik. Rakyat sebagai konsumen dirugikan,” kata Dradjad, Jumat (2/8/2024).

Namun demikian, dia menyebut menyalahkan relaksasi impor juga bukan pernyataan atau langkah yang bijak. Bahkan bisa ditafsirkan sebagai bentuk ketidakharmonisan kerja antar kementerian/lembaga.

Seharusnya yang dilakukan adalah secara bersama-sama mendisain kebijakan sinkron dan optimal antara pengembangan industri dalam negeri, perdagangan luar negeri, serta kepabeanan dan cukai.

Misalnya, regulasi impor apa dan sebesar apa yang optimal bagi konsumen dan produsen domestik sekaligus.

“Apakah bea masuk anti dumping bisa dilakukan untuk komoditi dengan kode HS tertentu. Apakah ada solusi teknis terhadap backlog di pelabuhan. Apakah solusi agar industri domestik lebih bersaing dan tidak hanya mengharapkan proteksi berlebihan,” jelasnya.

Kemudian adalah faktor biaya produksi yang di luar kewajaran, atau yanf diakibatkan oleh kebijakan negara atau ulah oknum.

“Membongkar ekonomi biaya tinggi dalam proses industri itu akan lebih besar manfaatnya dalam jangka menengah dan panjang dari pada buka tutup relaksasi dan restriksi impor,” tukasnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut kontraksi PMI Manufaktur RI pertama kalinya sejak Agustus 2021 atau setelah 34 bulan berturut-turut terus ekspansi dipengaruhi oleh penurunan bersamaan pada output dan pesanan baru.

Agus mengatakan permintaan pasar yang menurun merupakan faktor utama penyebab penjualan turun.

S&P Global diketahui data Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia Juli 2024 yang turun ke level 49,3 atau terkontraksi.

Pada Juni 2024, PMI Manufaktur Indonesia masih ekspansif di level 50,7.

Agus menyatakan tidak kaget dengan turunnya PMI manufaktur Indonesia sejak kebijakan relaksasi impor diberlakukan.

"Kami tidak kaget dan logis saja melihat hasil survei ini, karena ini semua sudah terprediksi ketika kebijakan relaksasi impor dikeluarkan," ujar Agus dalam rilis resmi, Kamis (1/8/2024).

https://m.tribunnews.com/bisnis/2024/08/03/pmi-manufaktur-ri-jeblok-akibat-relaksasi-impor-ekonom-dradjad-wibowo-masalah-dilematis

  • Hits: 17

About SDI


Sustainable development is defined as “development that meets the current need without reducing the capability of the next generation to meet their need (UNCED, 1992)

Partner

Contact Us

Komplek Kehutanan Rasamala
Jl.Rasamala No.68A
Ciomas,Bogor Jawa Barat 16610

Telp : 0251-7104521 
Fax  : 0251-8630478
Email: sdi@sdi.or.id