Objektif Saja, Ekonomi Memang Tumbuh, tetapi Rapuh

Jumat, 06 Agustus 2021 | 23:13 WIB

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dradjad H Wibowo menilai pertumbuhan ekonomi kuartal II/2021 yang mencapai 7,07 persen di luar prediksi banyak kalangan.

Menurutnya, banyak ekonom dan pelaku keuangan yang sebelumnya memprediksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun ini di kisaran 5 persen saja.

"Secara objektif, saya melihat perekonomian memang membaik selama kuartal II/2021. Konsumsi dan ekspor tumbuh relatif tinggi," ujar Dradjad melalui layanan pesan ke JPNN.com, Jumat (6/8).

Namun, mantan ketua Dewan Informasi Strategis dan Kebijakan (DISK) Badan Intelijen Negara itu menganggap pertumbuhan ekonomi yang ada masih rentan. "Pertumbuhan tersebut masih sangat rapuh," ulasnya.

Dradjad pun membeber sejumlah argumennya. Pertama, tuturnya, angka 7,07 persen diperoleh dari basis produk domestik bruto (PDB) yang anjlok drastis pada tahun lalu.

"Kita tahu ekonomi tumbuh minus 5,32 persen pada kuartal II/2020, ini memberikan basis perhitungan PDB yang rendah," ujarnya.

Kedua, pertumbuhan ekonomi 7,07 itu juga disebabkan kebijakan pelonggaran pergerakan orang pada kuartal II/2021. Efeknya ialah konsumsi tumbuh 5,93 persen atau lebih tinggi dari biasanya.

"Beberapa tahun terakhir, konsumsi biasanya tumbuh sedikit di atas atau di bawah lima persen," paparnya.

Namun, pelonggaran itu juga membawa efek peningkatan kasus Covid-19. Angka kematian akibat virus pemicu pandemi itu pun melonjak tinggi.

Oleh karena itu, ketika pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan PPKM Level 4, Dradjad menyebut kebijakan tersebut akan berefek pada kondisi ekonomi Juli-Agustus.

"Hampir separuh dari kuartal III/2021 kita lalui dalam PPKM. Jelas, pertumbuhan konsumi akan anjlok, meski mungkin tidak akan negatif karena kita berangkat dari basis yang rendah," ulasnya.

Dradjad menegaskan hal yang patut dicermati ialah posisi Indonesia dalam Bloomberg Resilience Score (BRS). Bloomberg menempatkan Indonesia di peringkat paling bawah dalam hal ketahanan terhadap pandemi.

"Kita berada pada urutan 53 dari 53 negara yang masuk BRS. Posisi ini bisa mengganggu kepercayaan investor dan konsumen terhadap Indonesia pada kuartal III/2021 dan ke depannya," tegasnya.

Adapun argumen ketiga yang mendasari Dradjad menganggap pertumbuhan ekonomi itu masih rapuh ialah tingkat konsumsi di luar kebiasaan.

"Jika yang terjadi adalah lonjakan sesaat dari komponen pengeluaran yang lain, ini menandakan lebih tingginya tingkat kerapuhan dari pertumbuhan ekonomi, karena konsumsi sebagai soko gurunya cenderung menurun di kuartal III/2021," kata Dradjad.

Link Berita : https://www.jpnn.com/news/jujur-saja-ekonomi-memang-tumbuh-tetapi-rapuh

  • Hits: 660

About SDI


Sustainable development is defined as “development that meets the current need without reducing the capability of the next generation to meet their need (UNCED, 1992)

Partner

Contact Us

Komplek Kehutanan Rasamala
Jl.Rasamala No.68A
Ciomas,Bogor Jawa Barat 16610

Telp : 0251-7104521 
Fax  : 0251-8630478
Email: sdi@sdi.or.id