Bantah Larangan Ekspor Nikel Bikin Monopoli Tumbuh Subur, Begini Penjelasan TKN
Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 25 Jan 2024 16:05 WIB
Jakarta - Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo menepis jika larangan ekspor bisa membuat monopoli tumbuh subur. Menurutnya, hal tersebut merupakan salah paham karena nikel tidak hanya diolah oleh smelter-smelter yang dikuasai China.
"Ini salah salah satu salah paham yang berkembang, karena sekarang ini smelternya nggak hanya yang besar-besar itu saja, ada beberapa yang lainnya dan itu nggak dimiliki oleh China, lebih menyebar," katanya di sela acara 'Dilema Hilirisasi Tambang: Dibatasi atau Diperluas?' di Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Namun ia sepakat jika larangan ekspor bukanlah satu-satunya strategi untuk mendorong hilirisasi. Menurutnya, kebijakan tersebut hanya dilakukan saat dibutuhkan.
"Tapi kalau nikel dibilang hanya menguntungkan kelompok tertentu saja itu keliru, datanya nggak akurat," ujarnya.
Dewan Pakar Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) Wijayanto Samirin menyebut larangan ekspor nikel mengembangkan monopoli. Sebab, nikel yang diolah nantinya dijual ke China.
Dia menerangkan, larangan ekspor nikel berarti nikel yang mau diekspor harus diolah di smelter. Sementara, smelter-smelter tersebut dikuasai China. Oleh karena itu, hasil olahan nikel itu pasti dikirim ke China. Artinya, kata dia, ada monopoli.
"Dan hampir pasti nikel yang mereka proses itu akan diekspor ke China. Artinya apa? Artinya ada monopoli," ujarnya.
Menurutnya, larangan ekspor nikel memberikan dampak positif yakni mendorong hilirisasi. Namun, sisi negatifnya adalah mengembangkan monopoli.
"Nah pelarangan ekspor mineral mentah itu ada bagusnya karena mendorong hilirisasi, tetapi negatifnya adalah mengembangkan monopoli," ungkapnya.
- Hits: 249